Untaian Levin

pojok levin berbagi edukasi


Tinggalkan komentar

Sejarah Tokoh Pendidikan Islam

PENDAHULUAN

Pendidikan islam didunia dan di Indonesia tumbuh dan berkembang seiring adanya dakwah oleh para tokoh pendidikan islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan pendidikan Islam. Berkaitan dengan itu maka pendidikan Islam memiliki corak dan karakter yang berbeda-beda. Sejalan dengan pembaharuan yang tentunya tidak menyimpang dari akidah Islam. Pendidikan pada hakekatnya muncul sejak diciptakannya manusia, karena manusia itulah yang menjadi obyek utama dari pendidikan di samping ia juga sebagai subyek.

Dalam kenyataan, manusia sangat membutuhkan pendidikan karena ia tidak bisa berkembang dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna apabila tidak ada pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa eksistensi pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan mengekalkan kebudayaan manusia. Namun fungsi pendidikan tidak hanya sebatas meneruskan dan mengekalkan kebudayaan, tetapi lebih dari itu pendidikan berupaya menyesuaikan dan mengembangkan kebudayaan baru secara proporsional dan dinamis. Pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam kehidupan secara tepat. Dalam sejarah, pendidikan Islam sebagai suatu sub sistem dari sistem pendidikan pada umumnya baru dikenal sesudah diutusnya Muhammad saw. sebagai rasul.

Sistem pendidikan Islam mengacu kepada nilai-nilai Islam. Karena itu, sistem pendidikan Islam menciptakan perbedaan yang mendasar dengan sistem pendidikan pada umumnya (modern) baik dari Timur maupun dari Barat. Perbedaan yang menonjol antara keduanya terletak pada sikap atau pandangan terhadap hidup itu sendiri, dimana Islam menganggap hidup bukan suatu akhir dari segalanya tetapi alasan untuk mencapai tujuan-tujuan spritual setelah hidup. Sedangkan dalam pandangan barat, kenikmatan menjadi tujuan akhir hidup yang didukung oleh materi yang berkecukupan.

Berbicara tentang Sejarah Pendidikan Islam, pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besarnya, Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi lima masa, yaitu:
1. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571-632 M)
2. Masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M) 3. Masa Umayyah di Damsik (661-750 M).
4. Masa Abbasiyah di Bagdad (750-1250 M).
Masa runtuhnya kekuasaan khalifah di Bagdad tahun 1250 M. sampai sekarang.¹

Sejarah pendidikan Islam perlu dikaji ulang, terutama di zaman nabi Muhammad saw. untuk dijadikan bahan bandingan dan acuan mengembangkan pendidikan Islam saat ini. Kita semua mengetahui bahwa Rasulullah Muhammad saw. berhasil membina kaum kafir Quraisy menjadi manusia-manusia muttaqien dalam waktu singkat hanya sekitar 23 tahun. Keberhasilan ini tentunya tidak diperoleh begitu saja, tetapi keberhasilan ini ditunjang oleh sistem, teori atau langkah-langkah sistematis yang ditempuh oleh Rasulullah saw. Sistem dan teori inilah yang perlu dikaji, diungkap, dikembangkan dan diterapkan dalam melaksanakan proses pendidikan Islam saat ini, agar dapat berhasil seperti yang diraih Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. al-A„raf /7 : 158

… Dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.
Nabi memberikan suatu model pembentukan kepribadian seseorang, keluarga dan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai adalah terbentuknya pribadi yang taat beribadah, memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berakhlak mulia. Pribadi seperti inilah yang diharapkan terwujud dalam proses penyelenggaraan pendidikan Islam. Walaupun pendidikan Islam memiliki sejarah yang panjang mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai saat ini, namun tulisan ini dibatasai pada proses pendidikan Islam masa Rasulullah saw.

Rumusan masalah:

Adapun garis besar permasalahan dalam tulisan ini:
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Nabi, Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, Bani Umayah, dan Abbasiyah.
2. Bagaimana sistem pendidikan Islam di zaman Rasulullah saw. Pembahasan tokoh akan tertuju kepada tokoh-tokoh pendidikan Islam, diantaranya: Al-Qabisi, Ibnu Sahnun, Al-Gazali, Ibnu Kaldun dan Ibnu Qayim.

PEMBAHASAN

Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berakhlak menjadi berakhlakul karimah. Pengertian pendidikan islam secara bahasa artinya “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib”. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain, sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan islam informal, formal dan non formal. [1]
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita islam karena nilai-nilai Islam telah menjiwai kepribadian seseorang dan mempedomani kehidupan manusia muslim dalam aspek duniawi dan ukhrawi. [2].
Ahmad D. Marimba (1980:45) mengartikan pendidikan islam sebagai usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. [3]
Pendidikan menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam (zuhairini dkk., 2004:152). Oleh sebab itu hakikat pendidikan islam dapat di artikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunah. [4]
Jadi, ilmu pendidikan islam adalah kumpulan pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan landasan pendidikan.
Hasan Langgulung (1980:23) mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki empat fungsi macam, yaitu:
1. Fungsi edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan kepada aak didik agar terbebas dari kebodohan
2. Fungsi pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu pengetahuan
3. Fungsi penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini pemahaman ilmiah
4. Fungsi ibadah sebagai pengabdian sang pencipta yang telah mengangerahkan kesempurnaan jasmani dan rohani kepada manusia [5]

b. Sejarah Pendidikan Islam
b. 1. Masa Nabi (nabi Muhammad SAW)
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
1.1. Periode Makkah
Rasulullah (saw) telah menyampaikan ilmu secara sulit kepada ahli keluarga terdekat seperti isterinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Talib dan beberapa orang yang rapat dengan baginda. Kaedah yang digunakan ketika penyampaian ilmu adalah secara lemah lembut supaya orang ramai tertarik untuk belajar.
Rumah al-Arqam ialah tempat pendidikan Islam pertama. Baginda dan sahabatnya sering bermesyuarat bagi mengatur kaedah dan strategi berdakwah. Hampir tiga tahun baginda menyampaikan ilmu secara sulit, lalu diturunkan ayat yang meminta baginda menyampaikannya secara terbuka. Rasulullah (saw) telah menggunakan kaedah berpidato dan berceramah di tempat-tempat yang menjadi tumpuan orang ramai seperti di pasar Ukaz dan di sekitar Ka’bah ketika musim haji.

Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan. Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah. Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
1.2. Periode Madinah
Dalam pendidikan di Madinah Rasulullah SAW. Menempati dua jabatan yaitu sebagai tokoh agama dan sebagai pemimpin Negara. Yang mana berkaitan mengenai kehidupan sosial masyarakat dan polotik (siyasah). Setelah membangun masjid Quba’ dan Masjid Nabawi, sistem pendidikan Islam mengalami perubahan. Masjid telah menjadi sekolah yang pertama dalam sistem pendidikan lslam.

Konsep pendidikan di Madinah lebih tertumpu kepada perkara ibadat dan syariah tanpa melupakan soal-soal yang lain. Dalam pendidikan ibadah, terdapat perkara yang diwajibkan seperti sholat Jum’at. Selain itu, terdapat juga perkara yang disunatkan seperti sholat hari raya. Pendidikan berpuasa telah bermula pada tahun ke dua Hijrah dan ibadat Haji pula bermula pada tahun keenam Hijrah. Selain itu, pendidikan zakat dan hukum perkahwinan turut diperkenalkan.

Selain itu pendidikan membaca dan menulis telah diperkembang. Rasullulah s.a.w telah memerintahkan para sahabat yang pandai menulis dan membaca supaya mencatit dan menulis ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan. Mereka juga di minta supaya mengajar umat Islam yang tidak tahu menulis dan membaca.

Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:
1. Periode kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

b. 2. Masa Khulafaurrasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkan Al-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafaurrasyidin:
1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.

Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

2. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al Qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
3. Masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.

Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
c. Masa Bani Umayah
Institusi Pendidikan
1. Masjid dijadikan institusi pendidikan utama seperti masjid Kufah dan Basrah
2. Istana khalifah dijadikan tempat belajar dan perpustakaan yang menyimpan segala bahan bacaan.
3. Bahan bacaan Yunani diterjemahkan dalam kesusasteraan Arab
4. Terdapat juga Khuttab iaitu sekolah permulaan.
5. Terdapat dua jenis khuttab
6. Untuk orang awam yang dikenakan yuran pengajian.
7. Khuttab al-Sabil untuk kanak-kanak miskin yang tidak dikenakan yuran pengajian.
8. Pengajian al-Quran dan asas ilmu agama ditekankan di khuttab.
9. Kaedah pengajian berbentuk Halaqah, yaitu seseorang guru duduk di tengah dan dikelilingi oleh murid-murid
Tenaga Pengajar
1. Guru-guru di masjid mempunyai ilmu pengetahuan yang kukuh dan memiliki berbagai pengetahuan lain.
2. Mereka mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan gaji.
3. Guru-guru di Istana di gelar Muaddib dan kurang berpengetahuan berbanding guru-guru di masjid.
4. Mereka bukan sahaja mengajar ilmu tetapi mendidik anak-anak khalifah.
5. Antara ulama yang terkenal yang menjadi guru di masjid ;
a. Abdullah bin Abbas ; ahli tafsir, Hadis, Fekah dan Sastera.
b. Hassan al-Basri ; ahli fekah, usuluddin, dan murid beliau yang terkenal ialah Wasil bin Ata’ iaitu pengasas mazhab Mu’tazillah.
Mata Pelajaran Yang Diajar
1. Pengajian seni muzik dan puisi berpusat di Makkah dan Madinah.
2. Pengajian kesusasteraan dan ilmiah berpusat di Kufah dan Basrah. Khutbah, syarahan, dan puisi menjadi subjek yang utama untuk menyampaikan propaganda kerajaan Bani Umaiyah.
3. Semasa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, ilmu falsafah telah diajar.
4. Ilmu Qiraat (ilmu membaca al-Quran) dikembangkan.
5. Ilmu diajar di masjid-masjid di Damsyik, Madinah, Kufah, dan Basrah.
Al-Quran juga diletak titik dan tanda serta tanda tanwin dan syaddah. Tugas tersebut dilakukan oleh Nasir bin Asim
Sistem Pengajaran
1. Pendidikan secara terbuka di Khuttab dan masjid telah menjadikan rakyat berlumba-lumba mengejar ilmu pengetahuan
2. Penyebaran agama Islam telah meluas dan perlu kepada sistem pendidikan bagi mengajar penganut-penganut baru agama Islam.
3. Kemunculan ilmu falsafah yang menjadi senjata untuk mematahkan hujah orang Yahudi dan Nasrani.
4. Ilmu sejarah juga membantu perkembangan sistem pendidikan untuk memahami ilmu ketatanegaraan, sistem pemerintahan dan pentadbiran serta memahami peristiwa masa lalu.

d. Masa Bani Abbasiyah
Institusi Pendidikan
1. Pada zaman khalifah Al-Makmun, Baghdad menjadi pusat pendidikan yang masyhur di dunia.
2. Pada zaman khalifah Harun Al-Rasyid, di dirikan Baitulhikmah pusat pengajian dan terjemahan.
3. Di Kaherah terdirinya Dar Al-Hikmah. Di Syria wujudnya madrasah Nuriyah Al-Kubra.
4. Pada tahun 459 Hijrah, sebuah institusi pendidikan tinggi di Naisabur, iaitu Madrasah Nizamiyyah yang didirikan di zaman pemerintahan Bani Saljuk di bawah pimpinan Perdana Menteri Nizam Al-Muluk.
5. Terdapat juga pusat pengajian yang lebih rendah disekitar Baghdad seperti Khuttab dan tempat pengajian umum seperti perpustakaan, istana, kedai-kedai buku dan sebagainya.

Tenaga Pengajar
1. Guru dipandang tinggi oleh masyarakat serta diberi gaji yang tinggi.
2. Kebanyakan Khalifah Bani Abbasiyyah mencintai ilmu pendidikan dan kesusasteraan serta menjadi penaung.
3. Pada zaman ini lahir beberapa orang tokoh ulamak seperti Imam Abu Hanifah( 150 Hijrah), Imam Malik( 178 Hijrah), Imam Syafie ( 204 Hijrah), Imam Ahmad ( 241 Hijrah) dan lain-lain.
Mata pelajaran yang diajar
1. Di Khuttab, diajar menulis, membaca, mengira serta mengaji dan membaca Al-Quran
2. Di peringkat menengah, semua bidang diajar seperti falsafah, matematik,kimia, dan astronomi.
Sistem pengajaran
1. Terbagi kepada dua, iaitu sistem bersekolah dan sistem halaqah.
2. Murid-murid di peringkat sekolah rendah menggunakan batu tulis dan pena batu.
3. Bahan bacaan ialah Al-Quran, beberapa rangkap syair, dan bahan-bahan yang mudah serta kitab nahu dan sastera.
4. Peringkat menengah, peralatan pengajian lebih moden.

B. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam

B.1. Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf al-ma’rifi al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan Rajab, tahun 224 H. Bertepatan dengan 13 Mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa negara timur tengah pada tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian kembali ke negeri asalnya dan meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul awal 403 H. Selain ahli dalam bidang hadits dan fikih, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam pendidikan.
2. Ibnu Sahnun

3. Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M. Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan pendidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid
4. Ibnu Khaldun

5. Ibnu Qayim

c. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia

Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun [7]
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena ketegaranya.

2) K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain. [8]
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899 M)
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).
K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.

3) K.H Abdul Halim (1887-1962)
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah. [9]
K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada majhab Safi’i.

PENUTUPAN
Kesimpulan
Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara tentang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan sosok dan tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah dan karya mereka.
Dari semua uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan itu sangatlah penting terutama yang namanya pendidikan Islam. Pendidikan Islam ini sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi tiap-tiap muslim.
Dalam perkembangannya di seluruh dunia banyaklah terdapat tokoh-tokoh yang terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Semua mempunyai pemikiran-pemikiran tersendiri, namun semuanya itu tetaplah mengarah dan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Selain itu pendidikan Islam ini, tidak hanya mencakup masalah ke agamawan saja tetapi semua ilmu pengetahuan terdapat di dalamnya, dari ilmu fiqih, ilmu kedokteran, ilmu filsafat, ilmu alam dan lainnya.

Saran-saran
Dalam makalah ini, kami menyarankan agar pendidikan islam ini hendaknya ditanamkan secara mendasar dan kokoh kepada diri kita masing-masing, agar sebagai umat Islam kita menjadi umat yang kokoh dan menyatu serta dapat senantiasa menjawab perkembangan zaman yang semakin pesat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M .1994. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Aziz . 2008. 99 Kyai Kharismatik Indonesia, Yogyakarta: Kutub
Basri, Hasan. Filsafat pendidikan Islam,bandung: PT Pustaka Setia
Hasbullah.1996. dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo
PersadaMasyuri, Jalaluddin.2001. Teologi Pendidikan ,Jakarta: Raja Grasindo Persada
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, Jakarta: Ciputat Pers
Zuhairini, et al., Sejarah Pendidikan Islam (Ditjen Binbaga Islam Depag RI 1986)

________________________________________


Tinggalkan komentar

Berbagai Instrumen Penelitian

PENYUSUNAN BERBAGAI INSTRUMEN PENELITIAN
Guna Memenuhi Tugas
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Tahun 2014

LOGO ASSYAFIIAH
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Wibowo, M.Pd.
Disusun oleh Kelompok V:
Nama Mahasiswa:
1. Levina Novi Yanti (NIM: 552014001)
2. Khusnul Khoridah (NIM: 5520140015)

 

I. PENDAHULUAN

Penelitian sebagai suatu cara ilmiah dalam menyelesaikan masalah, akan selalu berhubungan dengan instrumen pengumpulan data. Tanpa instrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Mengapa demikian? Karena penelitian membutuhkan data empiris, dan data tersebut hanya mungkin diperoleh melalui instrumen dan teknik pengumpulan data yang tepat. Dengan demikian instrumen penelitian dapat menentukan kualitas penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus disusun dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah.
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Beberapa pengertian instrumen menurut beberapa ahli:
1. Menurut Suharsimi Arikunto 2010, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
2. Menurut Baso Intang (jurnal pendidikan dan kebudayaan 2007) mengatakan bahwa instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut : Tes, Kuesioner, Wawancara (Interview), Observasi, Skala bertingkat (ratings), dan Dokumentasi. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna memecahkan masalah penelitian.

 

II. RUMUSAN MASALAH
Dari informasi pendahuluan diatas dapat dirumuskan dalam pembahasannya sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Penyusunan berbagai Intrumen Penelitian dan menurut para ahli?
2. Apa saja jenis Instrumen penelitan dan pengertiannya dari masing-masing jenis Instrumen?
3. Langkah-langkah apa yang di ambil dalam menyusun intrumen Penelitian?
4. Apa saja kriteria agar instrumen pengumpulan data dapat dikatakan baik?

III. TUJUAN
Tujuan Pembahasan dan penyampaian makalah Penyusunan Berbagai Intrumen Penelitian adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Metedologi Penelitan, dan menjadikan bahan ilmu untuk penyusunan penelitan proposal, seminar dan thesis sebagaian dari penambahan ilmu pembelajaran perkuliah.
Serta menjadikan mahasiswa penyusun dan rekan-rekan lebih memahami pendalaman pembahasan ini bersama dosen pengampu.

 

PEMBAHASAN
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Pengertian Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono: instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.
Perlu kita pahami, tidak semua instrumen cocok digunakan dalam semua jenis penelitian. Instrumen yang dapat digunakan sangat tergantung pada jenis data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian. Oleh karena itu, sebelum kita menetapkan instrumen penelitian, maka terlebih dahulu kita perlu memahami jenis data yang akan kita kumpulkan dalam penelitian.
Menurut Arikunto: data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
Menurut Nana Sujana dan Ibrahim (1989) dalam Wina Sanjaya (2013), untuk menghasilkan data yang akurat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian:

– Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas dan spesifik, sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis-jenis instrumen yang diperlukan.
– Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika, dan sistematika item dalam instrumen penelitian.
– Keterangan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari sumber, kesahihan, maupun objektivitasnya.
– Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna memecahkan masalah penelitian.
– Mudah dan praktis digunakan, tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

B. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Penelitian
Dalam menyusun instrumen disarankan mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Analisis Variabel Penelitian
Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian mengembangkannya menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal sebelum instrumen itu dikembangkan.
2. Menetapkan Jenis Instrumen
Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitiannya. Satu variabel mungkin hanya memerlukan satu jenis instrumen atau meungkin memerlukan lebih dari satu jenis instrumen.
3. Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen
Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item instrumen. Dalam kisi-kisi itu harus mencakup ruang lingkup materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya.
4. Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang akan digunakan.
5. Menguji coba Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan diganti dengan item yang baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji coba.

C. Jenis-Jenis Instrumen penelitian
Instrumen Pengumpulan Data, secara garis besar bentuk instrumen digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tes
Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar – salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi benar – salah, dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching choice), jawaban singkat (short answer), ataupun tes isian (completion test).
Kriteria Tes:
1) Reliabilitas Tes
Tes sebagai instrumen atau alat pengumpul data dikatakan reliabel manakala tes tersebut bersifat handal. Tes yang handal adalah tes yang dapat mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang sesungguhnya, yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi termasuk oleh letak geografis.
2) Validitas Tes
Tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan data dikatakan valid manakala tes itu bersifat sahih, atau item-item tes mampu mengukur apa yang hendak diukur. Terdapat dua cara uji validitas yaitu, validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis diperoleh dengan cara judgment ahli yang kompeten. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh melalui uji coba tes pada sejumlah subjek yang memiliki karakteristik yang diasumsikan sama dengan subjek penelitian.
b. Non Tes (bukan test)
Pada instrumen non test atau bersifat menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal, interval atau rasio, tetapi data nominal, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban. Pada instrumen non tes dengan jawaban terbuka, data yang diperoleh pada umumnya adalah data naratif deskriptif, deskriptif kualitatif ataupun kuantitatif terkait dengan narasi. Dalam studi dokumenter, kemungkinan diperoleh data angka yang bisa diolah menjadi data nominal, ordinal, interval atau rasio. Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis.

D. Teknik Pengumpulan Data
Ada 5 cara teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan deskriptif secara kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka individual atau kelompok. Dalam hal ini wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Oleh karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.

c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut biasa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta latihan. Dalam observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

d. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dengan demikian metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: Pertama, memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Kedua, Check-list yaitu daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda setiap pemunculan gejala yang dimaksud.

e. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Teknik Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

E. Penyusunan Instrumen Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek-list. Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Terdapat dua macam alat evaluasi dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu:

1. Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu:
a) Tes kepribadian atau personality test, untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya,
b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang,
c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang,
d) tes sikap atau attitude tes, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi,
e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu,
f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu. Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.

2. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari respondententang apa yang ia alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a) kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian.
b) kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
c) kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
e) check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia.
f) skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan

3. Bentuk Instrumen Interview
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Lain halnya dengan interviu yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner.
Selain itu ada juga interview yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interview dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja. Kekuatan interview terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.

4. Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagaipemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu. Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel.
Hal yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk. Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan.
Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebihlama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.

5. Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yangdibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur. Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya.
Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi (2002) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah: persahabatan, kecepatan menerka, cepat memutuskan, jawaban kesan pertama, dan penampilan.

F. Kriteria Instrumen yang Baik
Menurut Sevilla (1988) dalam Husein Umar (2013), paling tidak ada lima kriteria agar instrumen pengumpulan data dapat dikatakan baik, yaitu:
1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pengujian secara internal adalah pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Sedangkan pengujian secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retest.
a. Konsistensi Butir
Buatlah dua instrumen yang butir-butir pertanyaan atau pernyataannya ekuivalen. Misalnya: “Berapa tahun usia anda?” adalah sama saja dengan “Anda lahir tahun berapa?” Lakukan pengujian dua instrumen ini pada responden dan waktu yang sama, tetapi sekali saja. Selanjutnya korelasikan data dari kedua instrumen itu.
Bila korelasinya positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.
b. Test-Retest
Cara ini adalah dengan mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan dan berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen dinyatakan reliabel.
2. Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran. Untuk menguji validitas instrumen, ada tiga komponen yang harus dilakukan, yaitu:
a. Pengujian Validitas Konstruksi
Instrumen yang telah dikonstruksi mengenai aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandasan teori selanjutnya didiskusikan dengan ahli minimal tiga orang. Selanjutnya lakukan uji coba instrumen pada sampel sekitar 30 (tiga puluh) responden dari populasi yang akan dipakai. Setelah data ditabulasikan maka uji validitas konstruksi dilakukan dengan cara mengorelasikan antar skor item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen dalam bentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang telah diajarkan. Untuk instrumen dalam bentuk non tes, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan atau program yang telah disiapkan. Pada tiap instrumen terdapat butir-butir pertanyaan maupun pernyataan.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Pengujian validitas eksternal dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
3. Sensitivitas
Sensivitas dalam penelitian dijelaskan sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. Bila reliabilitas dan validitas suatu tes tinggi, maka tampaknya tes tersebut juga sensitif, mempertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik yang diukur.
4. Objektivitas
adalah sebagai derajat pengukuran dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
5. Fisibilitas
Fisibilitas berkenaan dengan aspek-aspek keterampilan, penggunaan sumber daya dan waktu. Ada beberapa tes tertentu yang hanya menuntun keterampilan minimum dalam menyusun dan menganalisis hasil tes, tetapi yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi. Juga mengenai biaya dan waktu, dapat menjadi kendala dalam penelitian, sehingga perlu pertimbangan agar penelitian disesuaikan dengan kemampuan.

PENUTUP

i. SIMPULAN

1. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen yang berbeda pula.
2. Instrumen yang dapat digunakan sangat tergantung pada jenis data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian. sebelum menetapkan instrumen penelitian, perlunya memahami jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian.
3. Ada 5 cara teknik pengumpulan data, yaitu: Interview (Wawancara), Kuesioner (Angket), Observasi, Dokumentasi, dan Triangulasi.
4. Menurut Sevilla (1988) dalam Husein Umar (2013), ada lima kriteria agar instrumen pengumpulan data dapat dikatakan baik, yaitu: Reliabilitas, Validitas, Sensitivitas, Objektivitas, dan Fisibilitas.

 

ii. SARAN
Untuk menambah kebaikan dan penyempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan masukan, ide pembahasan dari semua pihak berupa kritik dan saran yang memberikan tambahan perbaikan menuju kesempurnaan makalah. Sehingga apa yang menjadi tujuan penyampaian dari makalah ini dapat tercapai dan bisa diterima lebih baik serta bermanfaat kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kecana Prenada Media Group.
Umar, Husein. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Depok: Rajagrafindo Persada.
Wikipedia: Data. 10/06/2013, 20.15 p.m. http://id.wikipedia.org/wiki/Data.
Ayobukasaja.com
Wassalammuallaikum Wr. Wb,


1 Komentar

KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN

KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marhamah, Mpd

Disusun Oleh:
Nama : Levina Novi Yanti, Nim :5520140001
Nama : Eli Irwanti, Nim :5520140002

Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas
Mata Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan

PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA 2015
Daftar Isi

I. Daftar Isi …………………………………………………………
II. Bab I Pendahuluan ……………………………………
a. Latar belakang ……………………….
b. Rumusan masalah …………………..
c. Tujuan …………………………………..
III. Bab II Pembahasan …………………………………….
IV. Bab III Kesimpulan dan Penutup …………………..
V. Referensi …………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman maka pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bangsa-bangsa yang sedang berkembang. Karena pembangunan dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisispasi dalam gerak pembangunan.
Untuk meningkatkan pengajaran maka diharapkan pembelajaran dengan dengan metode pembelajaran yang ilmiah. Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Penerapan teknologi dilembaga pendidikan dapat menjawab persoalan yang dialami oleh dunia pendidikan kita.
Dengan teknologi pendidikan secara teknis dapat membantu bagaimana agar anak didik secara maksimal mampu menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru-gurunya, dan agar setiap pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian teknologi pendidikan?
2. Bagai mana konsep teknologi pendidikan?
3. Apa itu fungsi teknologi pendidikan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan proporsal ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian teknologi pendidikan
2. Untuk mengetahui konsep dasar teknologi pendidikan
3. Untuk mengetahui fungsi dan dasar dari teknologi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tekknologi Pendidikan

Menurut bahasa yunani teknologi asal katanya “Techne” dengan makna seni,
kerajinan tangan atau keahlian. Bagi bangsa yunani kuno teknologi diakui sebagai suatu kegiatan khusus dan sebagai pengetahuan. Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.
Secara umum teknologi pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran disamping guru, buku teks, dan papan tulis.
Definisi Teknologi Pendidikan:
a. Menurut definisi AECT (Association for Educational Communications Technology) 1977, Teknologi pendidikan adalah proses komplek yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah, merancang melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
b. Definisi silber 1970, Teknologi pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan peralatan, teknik dan latar) secara sistematik dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar.
Teknologi pendidikan mempunyai aplikasi praktis dengan adanya sumber-sumber belajar, berperannya tugas-tugas pengembangan dan pengelolaan. Lebih jauh teknologi pendidikan mempengaruhi struktur organisasi pendidikan dimana :
1. Teknologi pendidikan mempengaruhi secara langsung pengembangan kurikulum
2. Teknologi pendidikan memberi alternatif bentuk pengajaran, yaitu menggunakan sumber manusia, dan sumber-sumber lain yang mempergunakan manusia dan sumber-sumber lain yang dikombinasikan dalam sistem pengajaran dengan media pengajaran.
3. Teknologi pendidikan memberikan kemungkinan terbentuknya kelembagaan alternatif yang dapat menyediakan fasilitas belajar dan dapat melayani semua bentuk kelembagaan pendidikan.
Teknologi pendidikan bukan hanya memfasilitasi pembelajaran proses dan sumber belajar tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi.
c. Berdasarkan definisi-definisi di atas menurut Ir. Lilik Gani HA. dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknologi pendidikan/teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin/bidang (field of study).
2. Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja
3. Teknologi pendidikan/pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (pendekatan yang holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial).
4. Kawasan teknologi pendidikan dapat meliputi kegiatan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
5. Teknologi dalam teknologi pendidikan adalah teknologi dalam arti luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech)
6. Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Teknologi pendidikan juga bermakna suatu proses yang terintegrasi, yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan dan cara-cara pemecahannya, mencoba beberapa model-model pemecahan, mengadakan penilaian, dan mengelolanya. Teknologi pendidikan sangat relevan bagi kepentingan pendidikan. Dimana teknologi pendidikan memungkinkan adanya :
1. Penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam, dan terintegrasi, sehingga pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud.
2. Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip atau proposisi materi pelajaran.
3. Teknologi pendidikan menjadi partner dalam rangka mewujutkan proses belajar mengajar yang efektif, efesien, dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak didik.
4. Teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi secara lebih menarik jika disertai dengan kemampuan memanfaatkannya.

d. Definisi AECT 1994
“Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
e. Definisi AECT 2004
“Teknologi pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.”
Perbedaan antara definisi 1994 dan 2004 adalah :
Definisi 2004
1. Menekankan pada teori dan praktek.
2. Menekankan pada Studi dan etika praktek
3. Pokok kegiatan adalah desain, pengembangan, penciptaan, pengaturan, penggunaan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
4. Tujuan untuk keperluan belajar
5. Tujuan memfasilitasi pembelajaran
6. Utilisasi proses & sumber belajar
7. Utilisasi proses & sumber daya teknologi
Untuk poin 1, definisi 2004 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika praktek. Poin 2, definisi 2004 memiliki kekurangan karena tidak mencakup untuk penilaian. Poin 3 sudah berkenaan dengan perubahan paradigma, dimana teknologi pembelajaran hanya memfasilitasi pembelajaran – artinya faktor-faktor lain dianggap sudah ada. Poin 4, definisi 2004 sudah lebih luas karena yang dikelola bukan hanya semata proses dan sumber belajar, tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa definisi 2004 sudah mencakup aspek etika dalam profesi, peran sebagai fasilitator, dan pemanfaatan proses dan sumber daya teknologi.
B. Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi secara umum adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah; produk yang digunakan atau dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja; struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam ringankan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya sarat dengan nilai dan estetika. Dalam bidang pendidikan, juga diperlukan teknologi antara lain untuk menjangkau peserta didik yang berada di tempat jauh dan terasing dan melayani sejumlah besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan pendidikan.
Keseluruhan hal inilah yang merupakan landasan pembenaran atau falsafi teknologi pendidikan sebagai suatu cabang pengetahuan. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Gejala yang merupakan landasan ontologi teknologi pendidikan adalah :
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun diperoleh secara mandiri.
2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang.
4. Perlu adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja (orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja).
Adapun cara untuk mengatasi masalah-masalah belajar itu ialah melalui pendekatan yang merupakan landasan epistemologi dari teknologi pendidikan berikut ini :
1. Pendekatan isomorfis, yaitu menggabungkan berbagai kajian atau bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain-lain) ke dalam suatu kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh atau komprehensif.
Inovatif, yaitu suatu ide, gagasan atau perubahan yang dianggap baru. Orisinil dan ada nilai tambah. Mengandung pembaharuan sehingga belajar dapat mengalami akselerasi dan menyenangkan.
Setelah dua prasyarat falsafati telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, masih ada satu pertanyaan terakhir mengenai kegunaan dari pengetahuan yang telah diperoleh dan dihimpun tersebut. Inilah yang disebut sebagai landasan aksiologi. Adapun landasan aksiologi teknologi pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan :
2. Memperlaju penahapan belajar
3. Membantu guru untuk menggunakan waktunya dengan lebih baik.
4. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
5. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan :
a. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional
b.Memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya
c. Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan :
6. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis
7. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
8. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan :
– Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
-Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
9. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat :
-Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
-Memberikan pengetahuan tangan pertama
10. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan : Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
C. Penerapan Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Beberapa bentuk penerapan teknologi pendidikan secara menyeluruh, yaitu meliputi semua komponen dan karena itu merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut :
1. Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan Anak Oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru) di Kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan disebarkan di Kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978.
2. Permasyarakatan P4 melalui permainan yang diujicobakan di Kabupaten Batu, Malang.
3. Proyek Pendidikan Melalui Satelit di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur (BKSPT INTIM).
4. Program pendidikan karakter melalui serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia).
5. Program KEJAR Paket A dan B.
6. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
7. SLTP Terbuka.
8. Universitas Terbuka.
9. Sistem Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan.
10. Jaringan sistem belajar jarak jauh yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak bentuk penerapan lain. Berbagai kegiatan memang sudah terhenti karena berbagai alasan kebijakan maupun pendanaan.
D. Teknologi Pendidikan Sebagai Sebuah Konsep

Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat dengan implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu. Penyebaran teknologi dalam kehidupan masyarakat yang semakin luas mempengaruhi segala aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Konsep pendidikan merupakan keseluruhan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan berbagai bentuk prilaku lain yang dapat membentuk perilaku tertentu dalam kondisi tertentu, maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.
Pada awalnya guru menghadapi anak didiknya dengan bertatap muka langsung dan bertindak sebagai satu-satunya sumber untuk belajar. Perkembangan berikutnya ia menggunakan sumber lain berupa buku sehingga membagi peranannya kepada media lain dalam menyajikan pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya media komunikasi mampu menyalurkan pesan yang dirancang khusus agar dapat diterima langsung kepada anak didik tanpa dapat dikendalikan oleh guru.
Rumusan teknologi pendidikan membentuk sebuah teori karena telah memenuhi kriteria adanya fenomena, penguraian, dan penjelasan, pengikhtisaran, orientasi, sistematisasi, identifikasi keputusan, menciptakan strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya asas-asas atau prinsip-pinsip . disamping itu teknologi pendidikan mengandung teknik intelektual yang unik yaitu suatu cara pendekatan terhadap masalah. Berikut ini beberapa konsep teknologi pendidikan yang diambil dari beberapa pendapat, sebagaimana dikutip Yusufhadi diantaranya :
1. Konsepsi teknologi pendidikan dapat kita pahami melalui pendekatan teknologi atau pendidikan. Melalui pendekatan teknologi diartikan sebagai teknologi yang diterapkan dalam bidang pendidikan.
2. Definisi yang dibuat Galbraith (1967) tentang teknologi masih populer sampai saat ini yaitu aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal. Bila difinisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas pendidikan. Definisi ini terlalu luas karena dengan demikian semua tugas kependidikan dapat dianggap sebagai bidang teknologi pendidikan.
3. Association for Educational Communication and Technology / AECT, 1986, Teknologi pendidikan merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
4. Konsep pendidikan sendiri mempunyai arti yang luas, yaitu merupakan keseluruhan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan sebagai bentuk prilaku lain yang mempunyai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Apabila proses itu sengaja dikelola agar dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi tertentu maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.
5. Commission on Instructional Technology, 1970. Teknologi instruksional (sebagai bagian dari teknologi pendidikan) merupakan cara yang sistematis dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan khusus yang didasarkan pada penelitian terhadap belajar dan berkomunikasi pada manusia serta dengan menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan non-insani agar menghasilkan pembelajaran yang efektif.
Didasarkan atas perkembangan historik, Jamuszewski mengungkapkan bahwa: tahap awal sebagai pengantar ke arah perkembangan konsep dan istilah teknologi pendidikan dilandasi dan dipertajam oleh tiga faktor yaitu : engineering, science, dan the development of the Audio Visual education movement. Dari kajian menunjukan bahwa teknologi pendidikan memiliki keterkaitan dan saling ketergantungan.
E. Kegunaan atau fungsi teknologi dalam proses belajar mengajar

Menurut Deterline ( 1965 ): menyatakan, teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Menurut Yusufhadi, pada umumnya teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk:
1. Meningkatkan produktifitas pendidikan
2. Memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih individual
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran
4. Lebih memantapkan pengajaran
5. Memungkinkan belajar secara seketika
6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, terutama adanya media masa
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memberi dengan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumberdaya yang ada. Teknologi pada hakekatnya adalah bebas nilai namun penggunaannya sarat dengan nilai dan estetika. Dalam bidang pendidikan juga diperlukan teknologi antara lain untuk menjangkau peserta didik yang berada ditempat jauh dan terasing dan melayani sejumlah besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan pendidikan.
Sedangkan secara umum teknologi pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi, dapat mengatasi sikap pasif anak didik
4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa, ditambah dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka dengan teknologi pendidikan dapat memberikan peransangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan dapat menimbulkan persepsi yang sama.

Bab III
Kesimpulan dan Penutup

Demikian pemaparan kami tentang konsep teknologi didalam pendidikan berserta peranannya bagi pendidik dan terdidik. Secara keseluruhan dapat diambil benang merah dalam pengertian dan penjelasan pemaparan diatas bahwa konsep teknologi pendidikan sangat berperan penting karena memberi manfaat dalam segi nilai dan estetika. Dengan peran serta teknologi dalam dunia pendidikan memberikan efiensi kinerja, bahan baku serta peran serta pendidik.

Teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja (orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Penyertaan teknologi dalam pendidikan memberikan perkembangan luar biasa sampai kepelosok daerah, seperti didunia pendidikan penerapan dalam kuliah terbuka, sekolah online, home schooling dan banyak lagi lainnya.

Referensi

[1]Richey, R.C. (2008). Reflections on the 2008 AECT Definitions of the Field. TechTrends. 52 24-25
[2] Commission on Instructional Technology. 1970.
[3] AECT, 1972
[4] AECT, 2004.
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pendidikan
[6] Lilik Gani, Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Akses, Mutu dan Relevansi Pendidikan di Indonesia. Bandung. Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kolokium Teknologi Pendidikan di Bandung (04-05 Desember 2008)
[7] Prof. Yusuf Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan


Tinggalkan komentar

On Line Learning

On Line Learning
Dosen Pengampu: Dr. Mulyadi, M.Pd, Ph.d

Disusun Oleh:
Nama : Levina Novi Yanti, Nim :5520140001
Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas
Mata Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan

PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA 2015

Daftar Isi
I. Daftar Isi …………………………………………………… 1
II. Bab I Pendahuluan …………………………….. 2
a. Latar belakang ……………….. 2
b. Rumusan masalah ………….. 3
c. Tujuan …………………………… 3
III. Bab II Pembahasan …………………………….. 4
IV. Bab III Kesimpulan dan Penutup ……………. 10
V. Referensi …………………………………………………… 11

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berkah ilmu, pikiran dan kesempatan bagi saya untuk mempelajari dan menuangkan pemikiran dalam mempelajari Teknologi Informasi Komunikasi Dalam Pendidikan yang saya sajikan dalam bentuk makalah ini.
Kami berusaha sebaik mungkin untuk menghadirkan makalah ini ditangan pengampu untuk memberikan penilaian dan masukan ilmu bagi proses pembelajaran yang lebih baik lagi, serta berguna bagi sahabat-sahabat yang turut serta belajar.
Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih seluasnya kepada:
1. Dr. Mulyadi, MP.d, Ph.d, Dosen pengampu untuk jurusan Teknologi Pendidikan.
2. Seluruh Dosen kami pada Jurusan Teknologi Pendidikan, serta seluruh dosen Universitas As Syafi’iyah.
3. Para sahabat kelas Prodi Magister Teknologi Pendidikan, penulis bersyukur atas kebersamaan yang kita bina.
Demikian kami sampaikan semoga makalah mengenai ON LINE LEARNING memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kita semua dengan bimbingan Bapak Mulyadi. Aamiin.
Penyusun,
Levina Novi Yanti
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Maraknya era globalisasi mempengaruhi berbagai bidang, tanpa kecuali bidang pendidikan dan pembelajaran. Menjadikan para pendidik dan peserta didik menjadi lebih aktif dan berinovasi untuk mempelajari ilmu dan memperluas pengetahuan. Para pembelajar dan permateri tidak perlu secara langsung datang menghadari suatu pertemuan pembelajaran, cukup dengan mengirim via email, share document, on line by phone, atau on line meeting, pembelajaran otomotis sudah dapat dilalukan.

Cara yang paling modern di era tahun 1990, dimana pertama kalinya dicetuskan pembelajaran secara on line learning yaitu : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.

Sehingga tidak adalagi alasan ketinggalan berita ataupun pembelajaran, karena secara otomatis data pembelajaran dapat tersimpan dengan rapih pada media online ketika tidak dapat menghadiri suatu pertemuan, atau dapat pula kita menghadiri pertemuan dengan online, bisa saja: saya berada di Bandung pertemuan tersebut dilakukan pembelajaran tersebut dilakukan online dari Singapore.
II. Rumusan Masalah
1. Pengertian Online Learning
2. Manfaat online learning
3. Cangkupan online learning dalam dunia pendidikan

III. Tujuan
1. Mahasiswa dapat lebih memahami manfaat dan cangkupan online learning
2. Ruang lingkup online learning didunia pendidikan
3. Memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa dengan bimbingan dosen pengampu tentang online learning

PEMBAHASAN

A. Pengertian Online Learning

Online learning juga bisa disebut electronic learning atau e-learning, merupakan pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer .

Seiring dengan perkembangan teknologi berikut infrastruktur penunjangnya, supaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi tersebut dalam suatu sistem yang dikenal dengan online learning. Online learning merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi pembelajar belajar lebih luas, lebih banyak, dan bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut, pembelajar dapat belajar kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh jarak, ruang dan waktu. Materi pembelajaran yang dipelajari lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk verbal, melainkan lebih bervariasi seperti visual, audio, dan gerak.

Online learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.

E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa dan program.

Ruang lingkup kompetensi bagi seorang pengajar dalam pembelajaran jarak jauh meliputi perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran, keterampilan penyajian baik verbal maupun non verbal, kerjasama tim, keterampilan strategi bertanya, keahlian dalam penguasaan materi pembelajaran, melibatkan pembelajar dalam pembelajaran dan koordinasi aktivitas belajarnya, pengetahuan tentang teori belajar, pengetahuan tentang pembelajaran jarak jauh, pengetahuan tentang perencanaan pembelajaran, dan penguasaan media pembelajaran. Pendapat lain: bahwa terdapat pergeseran dan perbedaan paradigma pola pembelajaran antara pembelajaran yang tidak melibatkan teknologi dengan pembelajaran yang menggunakan teknologi dan antara konsep pembelajaran di kelas (classroom setting) dengan pembelajaran terbuka atau jarak jauh yang tidak harus selalu di kelas .

Kedua model tersebut memiliki perbedaan dari segi gaya mengajar, teknik serta motivasi pembelajar dan pengajar. Model
pembelajaran online merupakan model masa depan yang efektif karena sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Pengertin Berkaitan Online learning

Pengertian berkaitan dengan e-Learning sebagai berikut :

1. Pembelajaran jarak jauh.

E-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved.

Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.

2. Pembelajaran dengan perangkat komputer

E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.

3. Pembelajaran formal vs. informal

E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).

4. Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.

Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu:

Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari.

Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.

Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh.

E-Learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-Learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.

C. Periode marak online learning

E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.

(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.

(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.

(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.

Slogan yang selalu diangkat dalam penerapan e-learning, yaitu “Content is King, Conversation is Queen”. Sudah sepantasnya bagi Penggiat e-learning, untuk selalu berusaha menyajikan konten yang bisa diterima dengan baik, bisa diakses dengan mudah, dan bisa diiikuti dengan menyenangkan.[2]

Dalam dunia e-learning, SDM merupakan faktor yang sangat vital dalam implementasi e-learning. Mengapa demikian? Karena e-learning muncul justru untuk meningkatkan kualitas SDM, baik itu di perusahaan, instansi, institusi/dunia pendidikan, maupun di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu SDM yang ada perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sebelum e-learning dijalankan.

SDM suatu perusahaan/institusi harus mempunyai pola pikir yang menyatakan bahwa e-learning menjadi kebutuhan perusahaan/institusi untuk mencapai visi dan misi perusahaan/institusi itu sendiri, sehingga e-learning harus dilakukan. Cara pandang ini tentunya membawa konsekuensi dan menuntut adanya perubahan, diantaranya adalah perubahan budaya kerja di perusahaan/institusi tersebut. Dalam hal ini manajemen SDM sebagai pengelola SDM yang ada tentunya akan membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan e-learning di perusahaan/institusi tersebut.[3]

E-Learning 2.0

Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web 2.0. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning.

D. Model- model Online Learning
Dabbagh & Ritland (2005) mengemukakan model-model online learning sebagai berikut :
1. Knowledge network (jaringan pengetahuan)
Knowledge network merupakan jaringan telekomunikasi yang awalnya dibentuk secara geografis. Informasi diberikan melalui transfer elektronik atau kegiatan kolaboratif yang mendukung produksi dan menggunakan pengetahuan.

2. Portal knowledge (pengetahuan portal)
Portal knowledge merupakan kiasan pelayanan yang diadopsi oleh lingkungan internet komersil, layanan pendidikan, dan organisasi media yang mengimplikasikan kumpulan konten lain yang legal ke dalam satu local entry point (LEP) yang sederhana. LEP merupakan “pelabuhan yang aman” bagi pengguna dunia maya.

3. Asynchronous learning network (jaringan belajar yang tidak sinkron)
Jaringan belajar asynchronous digunakan untuk mendeskripsikan masyarakat belajar yang melalui jaringan komputer dapat berkomunikasi satu sama lain dan mengakses materi-materi belajar setiap saat dari suatu tempat. Pebelajar di sini menggunakan teknologi komunikasi untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar jarak jauh, pelatih, atau mentor, dan pebelajar lain. Jenis belajar ini lebih formal daripada jaringan pengetahuan dan portal pengetahuan.

4. E-learning (belajar dari jauh)
Telelearning merupakan hubungan antar individu dengan sumber belajar melalui teknologi komunikasi untuk belajar yang berkaitan dengan tujuan. Telelearning meliputi kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti: tele acces (penggunaan sumber-sumber online), virtual publishing (materi-materi kelas dipubliksikan untuk umum melalui jaringan telekomunikasi), telepresnce (kemampuan menggunakan teknologi telekomunikasi untuk tujuan-tujuan penemuan/penelitian), telementoring, telesharing (mendukung pergantian semua bentuk informasi di antara pemakai melalui teknologi komunikasi), dan telecollaboration (pengguna teknologi telekomunikasi untuk pemecahan masalah, mendesain kolaboratif dan inkuiri kolaboratif lintas kelas).

5. Virtual classroom (kelas virtual)
Kelas virtual merupakan lingkungan belajar online formal, menyerupai lingkungan kelas tetapi tanpa interaksi tatap muka. Pebelajar dalam kelas virtual berbagi pemikiran dengan guru dan teman-teman sekelas menggunakan komputer dan perangkat keras yang memungkinkan para pebelajar mengirim dan menerima pesan, berinteraksi dengan guru dan teman kelas, membaca dan memberi komentar materi kuliah,menempuh tes, dan menerima balikan tanpa menghadiri jadwal kelas.

6. Web-based instruction (pembelajaran berbasis web)
Pembelajaran berbasis web meliputi desain terpadu dan penyajian sumber-sumber belajar melalui World Wide Web, menghadapkan pebelajar dengan pembelajaran berbasis teks, hypermedia, multimedia, dan sumber-sumber kolaboratif untuk keperluan pembelajaran.

E. Proses pengembangan E-learning
a. Analisis kebutuhan
Tahap untuk menentukan kesenjangan yang ada dengan tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga/organisasi. Contoh: suatu PGSD menerapkan teknologi e-learning untk mengikuti suatu pembelajaran. Beberapa mata kuliah diikuti secara online, akhir semester diketahui prestasi mahasiswa menurun. Pimpinan memutuskan pembelajaran dilakukan secara tatap muka karena e-learning tidak cocok dengan gaya belajar mahasiswa. Padahal penyebabnya terletak pada program online yang tidak terakses, disebabkan padatnya jaringan. Jadi pemecahan masalah bukan mengganti pendekatan pembelajaran, tapi memperbaiki jaringan agar berjalan lancar.

b. Mendeskripsikan tingkat kinerja/kompetensi yang ingin dicapai
Bila e-learning dianggap sebagai solusi yang tepat, langkah berikutnya menganalisis apa yang hendak dicapai melalui program ini, tingkat kinerja seperti apa yang diharapkan, perlu diidentifikasi deskripsi kinerja/kompetensi yang indin dicapai melalui e-learning. Deskripsi ini untuk menetapkan materi pembelajaran yang harus dipelajari. Untuk pengembang pembelajaran, langkah ini berarti menetapkan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai, kemudian memilih materi (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur) serta pengalaman belajar yang sesuai untuk mendukung pencapaian kompetensi.

c. Menetapkan metode daan media pembelajaran
Metode merupakan cara yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan media sebagai pendukung yang memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Berbagai metode serta media yang biasa digunakan di kelas tatpa muka kemungkinan dapat diterapkan juga pada kelas e-learning.

d. Menentukan jenis evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
Bila pembelajaran dilakukan dengan format e-learning, desainer pembelajaran harus menyususn instrument evaluasi yang memungkinkan pebelajar dapat melakukan evaluasi diri. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, evaluasi dapat berlangsung selama proses pembelajaran yang berupa balikan, atau revisi-revisi tugas, dengan harapan pada akhirnya pebelajar mengetahui pencapaian hasil belajar yang telah ditempuhnya.

Simpulan dan Penutup

Dengan adanya sistem pembelajaran secara online learning/e-learning/elektronic learning yang menggunakan akses internet secara langsung beserta peragkat lunak yang sangat mendukung, langsung maupun tidak langsung sangat membantu dalam proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Secara singkat, “e” dalam e-learning berkaitan dengan “bagaimana” pelajaran di digitalisasi sehingga dapat disimpan dalam bentuk elektronik. “Learning” dalam e-learning berkenaan dengan “apa” – pelajaran, termasuk isi dan cara untuk membantu pebelajar mempelajarinya. “Mengapa” – bertujuan membantu individu mencapai tujuan pendidikan, atau membantu individu mencapai tujuan pendidikan, atau membantu organisasi membangun keterampilan yang berkaitan untuk meningkatkan tugas.

Kaitan antara Distance learning, online learning dan web based learning.
Distance learning merupakan suatu lingkungan yang luas, model paedagogis atau konstruk, yang mendeskripsikan belajar sebagai bentuk interaksi yang terjadi lintas waktu, tempat, dan berbagai media. Online learning merupakan aplikasi khusus distance learning yang menggunakan internet dan teknologi berbasis web untuk mendukung bentuk-bentuk ineteraksi yang disebarkan. Web based instruction merupakan aplikasi khusus online learning untuk penyampaian pembelajaran.
Daftar Pustaka

http://deevashare.blogspot.com/2012/05/online-learning.html
Ali, M.. 2004. E-learning in Indonesian Education System.
A paper presented at Seminar-Workshop on E-learning : The Seventh Programming Cycle of APEID Activities, 30 August-6 September 2004 in Tokyo and Kyoto, JapanBates, A. W. (1995). Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.
Brown, Mary Daniels. 2000. Education World: Technology in the Classroom: Virtual High Schools, Part 1, The Voices of Experience. http://www.education-world.com/a_tech/tech052.shtml ( 16 September 2002).


Tinggalkan komentar

Pengelolaan Media dan Sumber Belajar Secara Interaktif Pada MaPel Bahasa Inggris

Pengelolaan Media dan Sumber Belajar
Secara Interaktif

Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris
(Pada siswa SDIT IQRO)
Dosen Pengampu: Ibu Nursanita, MPd.

Disusun Oleh:
Nama : Levina Novi Yanti
Nim :5520140001, No. Urut: 1

Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas
Mata Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan

PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA 2015

Daftar Isi

I. Daftar Isi ……………………………………………………
II. Bab I Pendahuluan ……………………………..
a. Latar belakang ………………..
b. Rumusan masalah …………..
c. Tujuan ……………………………
III. Bab II Pembahasan ……………………………..
IV. Bab III Kesimpulan dan Penutup …………….
V. Referensi ……………………………………………………

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berkah ilmu, pikiran dan kesempatan bagi penyusun untuk mempelajari dan menuangkan pemikiran dalam mempelajari Mata Kuliah Pengembangan Media dan Sumber Belajar yang disajikan dalam bentuk makalah ini.
Penyusun berusaha sebaik mungkin untuk menghadirkan makalah ini ditangan pengampu untuk memberikan penilaian dan masukan ilmu bagi proses pembelajaran yang lebih baik lagi, serta berguna bagi sahabat-sahabat yang turut serta belajar.

Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih seluasnya kepada:
1. Ibu Nursanita, MPd. Dosen pengampu untuk jurusan Teknologi Pendidikan.
2. Seluruh Dosen kami pada Jurusan Teknologi Pendidikan, serta seluruh dosen Universitas As Syafi’iyah.
3. Para sahabat kelas Prodi Magister Teknologi Pendidikan, penulis bersyukur atas kebersamaan yang kita bina.

Demikian kami sampaikan semoga makalah mengenai Rancangan Pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris, semoga memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kita semua dengan bimbingan Ibu Nursanita, MPd. Aamiin.

Penyusun,
Levina Novi Yanti

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran didalam dunia pendidikan sangat beraneka raga dalam pola penyampaian bahan ajar kepada peserta didik. Pendidik/guru diminta untuk mampu berinovasi dalam proses pengajarannya agar peserta didik/siswa memiliki ketertarikan tersendiri, bukan hanya sistem ceramah/teks book, tetapi interaksi dari siswa mampu memberikan suasana pembelajaran lebih bermakna dan hidup.

Kebutuhan akan materi pembelajaran bukan hanya berupa wujud benda tetapi kini lebih berpola dan berstruktur tetapi tidak kaku, dengan mampunya guru menyampaikan secara inovasi tersendiri dari kurikulum yang ditetapkan disekolah, sistem pembelajaran akan lebih efisien, bermanfaat, bermutu serta mencapai target pembelajaran (KKM) yang diharapkan disekolah tersebut. Tidak kalah pentingnya dengan media, siswa menjadi memiliki daya ketertarikan lebih dan memiliki keanekaragaman pengamatan hingga mampu diterapkan dirumah.

Kemajuan jaman teknologi yang begitu pesat mendorong siswa lebih banyak tahu, maka tuntutan utama adalah guru/pendidik untuk mampu mengikuti ritme dari perkembangan jaman itu sendiri. Seperti halnya pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris, banyak sekali cara yang mampu kita kembangkan untuk sampai ketujuan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hingga mencapai target nilai-nilai ilmu kecerdasan siswa bukan hanya dalam bentuk angka, tetapi bisa di implementasikan dalam nyata, seperti dalam komunikasi bahasa Inggris, siswa mampu mengerti menggunakan bentuk kalimat pada jenjang pembahasan di tingkat kelas.

Dalam pembahasan ini, penulis akan menginformasikan dalam bentuk makalah terhadap sistem pemilihan pembalajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan media interaktif dibarengi dengan informasi pemilihan kriteria media, berdasarkan:
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Tepat guna
3. Keadaan peserta didik
4. Ketersediaan
5. Biaya murah
6. Keterampilan guru
7. Mutu teknis dari media yang disampaikan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, makan rumusan masalah yang akan dibahasa dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran?
2. Bagaimana kriteria pemilihan media pembelajaran?
3. Media Pembelajaran pada SDIT IQRO?
4. Apa fungsi dan manfaat dari Media Interaktif?
5. Bagimana aplikasinya dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Media Pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa Media Interaktif pada pembelajaran di SDIT IQRO
3. Untuk mengetahui penerapan media interaktif di SDIT IQRO
4. Apa saja manfaat media interatif
5. Mengetahui aplikasi pembelajaran media interaktif pada SDIT IQRO untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.

Bab II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Pengertian lain tentang media adalah: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi .
Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya . Sedangkan, pengertian lain mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras . Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran, dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran, dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :
(a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks;
(f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (g) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
B. Keterkatian Pemilihan Media pada Mapel Bahasa Inggris di SDIT IQRO

Pemilihan kriteria media pada proses belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada SDIT IQRO dimana saya mengajar adalah berupa media:
1. Gambar diam: berupa Flash card, yaitu kartu bergambar bolak balik yang sama bentuk tetapi pada bagian balik akan tertulis nama dari bentuk gambar
2. Rekaman Audio: yaitu rekaman lagu yang bisa di cut/dipotong pada bagian tertentu seperti sebuah pertanyaan/interaksi sehingga siswa akan menjawab.
3. Objek tiga dimensi: berupa bentuk suatu benda yang dapat dilihat dari beberapa sisi
4. Buku teks tercetak: berupa buku paket pembelajaran, atau kertas tambahan yang menerangkan pembelajaran yang sedang berlangsung dalam bentuk singkat
5. Rekaman video: yaitu rekaman video berupa cerita atau lagu, tujuannya membuat siswa paham dari isi cerita atau maksud dari lagu tersebut dilihat dari gerakan dan aba-aba.
6. Projected still media; OHP, LCD projektor, yang akan menghubungkan video kepada media komputer dari gambar yang akan ditayangkan, sehingga seluruh siswa dapat menikmati media dengan jelas.

Berdasarkan pemilihan media pembelajaran yang saya sampaikan, saya sebagai guru telah mempertimbangkan bahwa media interaktif yang saya pilih berdasarkan kriteria berikut:
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran: Media yang saya gunakan sudah tentu sesuai dengan RPP dari pembelajaran yang akan saya sampaikan, misal tujuan untuk memahami preposition, sudah pasti lagu yang saya gunakan pembahasannya adalah preposition.
2. Tepat guna: Digunakan pada waktu, tempat dan lokasi yang tepat sehingga siswa daya serap siswa lebih baik.
3. Keadaan peserta didik: interaksi dari media yang saya sampaikan menjadikan peserta didik berinteraksi dan memiliki ketertarikan lebih, sehingga mampu menyerap pengajaran secara baik.
4. Ketersediaan: ketika saya mendapat bahan ajar ini secara online, dan saya akan menyimpan pada data komputer, sehingga ketika pembelajaran berlangsung bahan ajar tersedia pada waktu yang tepat tanpa nunggu sambungan internet lagi.
5. Biaya murah: sudah pasti murah karena banyaknya informasi yang tersebar luas dan bahan ajar yang dapat di download secara mudah pada internet menjadikan efisiensi.
6. Keterampilan guru: Diharapkan guru lebih terampil dalam penyampaikan bahan ajar, dan otomotis saya harus membuat anak berinteraksi dengan pembelajaran berlangsung, pada akhirnya anak bergerak secara langsung mengikuti lagu dan paham dari isi mater pembelajaran.
7. Mutu teknis dari media yang disampaikan

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan.

Contoh media Audio yang saya gunakan pada lagu: Preposition
Syair lagu “There is a bee and lady bug”
There is a bee on the grass 2x
And the bee goes buzz buzz buzz buzz 2x
Buzz buzz buzz buzz buzz…

There is a lady bag in front of bee
In front of bee on the grass
And the bee goes buzz..buzz..buzz..buzz 2x
Buzz…buzz…buzz..buzz

There is a flower, behind the bee 2x
And the bee goes buzz..buzz..buz..buzz
Buzz…buzz..buzz…buzz

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (LESSON PLAN)
Sekolah Dasar Islam Terpadu IQRO’
Tahun Ajaran 2014/2015

Indentitas

School
Subjects
Class / Semester
Time :
:
:
:
SD IT IQRO’
English
III/2
70 munite
Silabus

Unit

Materi

Standard Competence :

:

: Review Preposittion and Things in Bedroom

Listening : Understand very simple instructions and
information in school context.
Speaking : Express very simple instructions and
information in school context.
Reading : Understand very simple English written text and descriptive text with picture in school context.
Writing : Spell and rewrite very simple sentences based on school context.
Basic Competence : Listening : Respond to very simple expressions verbally
Speaking : Understand simple sentence to ask and answer about numbers (cardinal and ordinal)
Reading : Understand a simple sentence about cardinal and
ordinal numbers.
Writing : Write very simple words about cardinal and ordinal
numbers.
Objective : Listening: Students should be able to understand the spoken
expressions to use all about numbers (cardinal and
ordinal numbers)
Speaking: Students should be able to use expressions to ask or to give information about numbers (cardinal and
Ordinal numbers).
Reading : Students should be able to understand the expressions to use cardinal and ordinal numbers.
Writing : Students should be able to write a short text to tell about cardinal and ordinal numbers.
Meeting period : 8 x 35 menit (4 x pertemuan)
Method : speech, practice and giving an assignment
Aktivitas

Pertemuan 1
A. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Berdoa’ dan menanyakan siswa yang tidak masuk.
2. Brain Storming: tepuk tanpa suara 3 x
3. Apersepsi:
Guru memperlihatkan aneka flash card/gambar nomor (cardinal and ordinal numbers).
B. Kegiatan Inti (40 menit)
1. Siswa: listening, speaking and spelling about prepostion, berupa lagu/video dengan contoh nyata berupa gerakan dan sikap.
2. Siswa: writing vocabulary and grammar tentang thing in the bedroom menggunakan Preposition, Siswa menjawab soal latihan yang diberikan guru dan perwakilan menuliskan bentuk penulisan dari cardinal dan ordinal nomor di papan tulis.
C. Kegiatan Penutup (20 menit)
1. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
2. Quiz, guru memperlihatkan/menunjukan huruf-huruf ordinal dan cardinal numbers (perbedaan bentuk dan penulisannya), quiz menuliskan dipapan tulis.
3. Guru dan siswa mengakhiri dengan sama-sama mengucap hamdallah.
D. Alat/Bahan/Sumber Belajar:
1. Stairway for grade 3, page 31-35
2. Internet/browsing Internet
3. iSLCollective.com English learning for cardinal and ordinal numbers.

E. Penilaian

No
Aktivitas Ranah Kompetensi Terstruktur/
Tidak terstruktur Bentuk Penilaian
1.

2.

3.
Siswa listening, speaking and spelling the things in ordinal and cardinal numbers.
Siswa writing vocabulary and grammar ordinal and cardinal numbers dan mewarnai
Siswa dapat menyebutkan tentang ordinal and cardinal numbers bentuk dan penulisannya. Afektif

Psikomotorik, Kognitif

Kognitif dan Afektif
Tidak Terstruktur

Terstruktur

Terstruktur

Observasi

Tertulis

Observasi

Pertemuan 2
A. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Berdoa dan menanyakan siswa yang tidak masuk.
2. Brain Storming: menghitung bilangan lipatan 5 dalam bahasa Inggris (buat konsentrasi)
3. Apersepsi:
Guru bertanya kepada siswa tentang bentuk penulisan dan pengucapan penulisan cardinal dan ordinal number para siswa.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
1. Siswa speaking text singkat “the books…. the bed”, the shoes ….. the desk”.
2. Siswa bersama kelompoknya secara bergantian maju menulis kalimat preposition yang dikaitkan dengan things in the bedroom di papan tulis.
3. Siswa mengerjakan LK tentang numbers.
C. Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Guru dan siswa mengakhiri dengan sama-sama mengucap hamdallah.
D. Alat/Bahan/Sumber Belajar:
1. Stairway for grade 3, page 31-35
2. Internet/browsing Internet
3. iSLCollective.com English learning for cardinal and ordinal numbers.

E. Penilaian

No
Aktivitas Ranah Kompetensi Terstruktur/
Tidak terstruktur Bentuk Penilaian
1.

2.

3. Siswa speaking text “how many girls are there?”
Siswa bersama kelompoknya secara bergantian maju writing numbers di papan tulis.
Siswa mengerjakan LK tentang numbers. Afektif dan psikomotorik
Kognitif dan psikomotorik

Kognitif Tidak Terstruktur

Tidak Terstruktur

Terstruktur
Observ

Observ

Tertulis

Rubrik Penilaian
No Indikator Aktivitas Indikator Penilaian
1. Siswa mengerjakan LK tentang numbers
(jumlah soal 20) Nilai = (soal benar x 5)
Nilai maksimal = 100

Simpulan dan Penutup
Sistem pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah SDIT IQRO memberikan suasana dan semangat bagi siswa untuk mengikutis pembelajaran secara interaksi langsung dengan pelajaran.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Daftar Pustaka:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, Oleh: Agus Suprijono, Penerbit: Pustaka Pelajar
Longman: lagu The Bee
Buku: Stairway a fun and easy english book 3
My First English Book 3, Erlangga Baca lebih lanjut


Tinggalkan komentar

IDENTIFIKASI KOMPETENSI AWAL DAN KARAKTERISTIK SISWA

DESAIN PEMBELAJARAN

IDENTIFIKASI KOMPETENSI AWAL DAN KARAKTERISTIK SISWA
(pada pelajaran Bahasa Inggris siswa kelas V SDIT Iqro)
TUGAS KELOMPOK 5

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Nama Dosen : Dr. Iffah Budiningsih
Nama Kelompok Mahasiswa:
1. Levina Novi Yanti (NIM: 552014001)
2. Yuli Purwanti (NIM: 5520140021)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berkah ilmu, pikiran dan kesempatan bagi kami untuk mempelajari dan menuangkan pemikiran kami dalam mempelajari desain pembelajaran yang kami sajikan dalam bentuk makalah ini.
Kami berusaha sebaik mungkin untuk menghadirkan makalah ini ditangan pengampu untuk memberikan penilaian dan masukan ilmu bagi kami dalam proses pembelajaran yang lebih baik lagi, serta berguna bagi sahabat-sahabat kami yang turut serta belajar.
Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih seluasnya kepada:
1. Dr. Iffah Budiningsih, Dosen pengampu mata pelajaran Desain Pembelajaran untuk jurusan Teknologi Pendidikan.
2. Seluruh Dosen kami pada Jurusan Teknologi Pendidikan, serta seluruh dosen Universitas As Syafi’iyah.
3. Para sahabat kelas Prodi Magister Teknologi Pendidikan, penulis bersyukur atas kebersamaan yang kita bina.
Demikian kami sampaikan semoga makalah mengenai IDENTIFIKASI KOMPETENSI AWAL DAN KARAKTERISTIK SISWA memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kita semua dengan bimbingan Ibu Dr. Iffah Budiningsih. Aamiin.
Penyusun,

Levina N. Yanti Yuli Purwanti
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 5
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 6
C. Tujuan ……………………………………………………………… 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi Awal ……………………………….. 7
B. Karakteristik Siswa/Peserta Didik ………………………….. 9
C. Alternatif dan solusi permasalahan ………………………..13

BAB III PENUTUP
A. Penutup …………………………………………………………….. 19
B. Simpulan …………………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 21

PENDAHULUAN

I. Latar belakang masalah

Perubahan sistem kurikulum yang terjadi rentang waktu singkat mempengaruhi sistem pembelajaran dan pola belajar siswa. Seperti diketahui bersama semenjak perubahan kabinet kementerian saat ini, dari sebelumnya berdasarkan Kurtilas (kurikulum 2013) kini kembali kepada KTSP 2006 (meskipun sebagian kecil yang lebih dari jangka waktu enam bulan pelaksanaan Kurtilas ditetapkan untuk tetap menjalani sistem kurikulum 2013). Perubahan ini pula turut mempengaruhi kualitas dan kuantitas siswa dalam mobilitas dalam perlakukan pembelajaran serta hasil yang didapat berupa kualitas pribadi masing-masing siswa/peserta didik.

Dalam proses mengajar tentunya seorang guru harus memiliki sebuah perencanaan untuk persiapan bahan ajar kepada murid dalam hal-hal apa yang akan disampaikan di dalam kelas dan melalui metode atau strategi apa supaya apa yanga di sampaikan bisa di miliki oleh peserta didik. Salah satu hal yang harus disiapkan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran.

Rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang guru ketika proses kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan (Harsiati & Thamrin, 2012). Dalam menyusun sebuah Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seorang guru haruslah melakukan sebuah analisis kebutuhan yang diperlukan oleh siswa dalam mata pelajaran. Guru mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dibutuhkan siswa dalam artian hal apa yang belum dan sudah siswa ketahui tentang sebuah materi pembelajaran yang akan di sampaikan, dengan tujuan untuk mendalami mata pelajaran tersebut untuk lebih dalam.

Dalam menyusun sebuah perangkat pembelajaran beberapa hal yang harus dilakukan dipenyusunan suatu RPP atau perangkat pembelajaran lainnya yaitu : Analisis kebutuhan siswa sehingga munculah sebuah Kompetensi dasar (KD) kemudian Kompetensi Dasar itu sendiri dijabarkan kembali sehingga menghasilkan kemampuan siswa di dalam Kompetensi Dasar. Kemudian analisis Karakteristik siswa dan lingkungan yang dimana hasil analisis tersebut akan menghasilkan indikator kemudian disusun menjadi tujuan pembelajaran, stategi, dan mengembangkan bahan ajar lalu dikemas menjadi RPP ( Rencana pelaksanaan pembelajaran).

Aspek-aspek perseorangan siswa yang mempengaruhi kompetensi awal dan karakteristik terangkum dalam aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir yang telah dimiliki peserta didik. Seseorang terlahir ke dunia memiliki anugerah masing-masing yang telah dilimpahkan oleh maha pencipta berupa suatu kemampuan ataupun keahlian yang meski digali dan diasah secara berkesinambungan, tentu saja dan tanpa kecuali siswa/peserta didik kita (sebagai guru) disekolah, berupa diberkahinya suatu kemampuan dari segi fisik maupun pikir.

Peserta didik atau siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Peserta didik merupakan unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran.

Apabila dikaitkan dengan kompetensi dan pengertian karakteristik terhadap pengertian peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang dimiliki dengan kemampuan yang dibawanya semenjak lahir. Sehingga ini saling keterkaitan atau dapat juga disimpulkan bahwa kompetensi dan karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya.
Maka, kami dari kelompok lima bermaksud untuk mengidentfikasi secara mendalam dilihat dari analisis mengidentifikasi kompetensi awal dan karakteristik siswa/peserta didik ditinjau dari pelajaran Bahasa Inggris, berserta pembahasannya secara lebih dalam.

II. Rumusan masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Kompetensi awal?
2. Apa itu Karakteristik siswa/peserta didik?
3. Apa pengertian Kompetensi awal dan Karateristik siswa/perserta didik, ditinjau dari para ahli?
4. Pendalaman materi pembelajaran Bahasa Inggris pada kompetensi awal siswa SD kelas 3.
5. Pedalaman materi bahasa Inggris pada karakteristik awal siswa SD kelas 3

III. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk pengetahui tentang kompetensi awal dan karakteristik siswa/peserta didik, ditinjau dari pelajaran Bahasa Inggris.
2. Manfaat dalam mempelajari kompetensi awal dan karakteristik siswa/peserta didik.
3. Mengetahui lebih didetail tentang kemampuan kompetensi awal dan karakteristik siswa pada kelas lima SD ditinjau dari pelajaran Bahasa Inggris

IV. PEMBAHASAN/PERMASALAHAN

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) daring/ dalam jaringan online, pengertian identifikasi adalah tanda kenal diri/bukti diri, atau penentu atau penetapan identitas seseorang, benda atau lainnya. Sedangkan untuk kebutuhan mengidentifikasi adalah menentukan atau menetapkan identitas (orang, benda atau lainnya).
Dalam perihal ini mengidentifikasi kompetensi dan karakteristik siswa/peserta didik memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Pengertian kompetensi awal

Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation“ (Spencer & Spencer, 1993:9). Karakteristik yang mendasari (underlying characteristic) berarti kompetensi merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang telah tertanam dan berlangsung lama, dapat memprediksi perilaku terkait (causally related) dalam berbagai tugas dan situasi kerja. Penyebab, berarti bahwa kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja (performance). Acuan kriteria (criterion-referenced) berarti bahwa kompetensi secara aktual memprediksi siapa yang mengerjakan sesuatu dengan baik atau buruk, sebagaimana diukur oleh kriteria spesifik atau standar. Kompetensi (Competencies) dengan demikian merupakan sejumlah karakteristik yang mendasari seseorang dan menunjukkan (indicate) cara-cara bertindak, berpikir, atau menggeneralisasikan situasi secara layak dalam jangka panjang.

Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu:
1. motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang
2. ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi
3. konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang.
4. pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu.
5. keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.
Level kompetensi seseorang terdiri dari dua bagian. Bagian yang dapat dilihat dan dikembangkan, disebut permukaan (surface) seperti pengetahuan dan keterampilan, dan bagian yang tidak dapat dilihat dan sulit dikembangkan disebut sebagai sentral atau inti kepribadian (core personality), seperti sifat-sifat, motif, sikap dan nilai-nilai. Menurut kriteria kinerja pekerjaan (job performance criterion) yang diprediksi, kompetensi dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1. kompetensi permulaan atau ambang (threshold competencies) dan
2. kompetensi yang membedakan (differentiating competencies).

Bagian pertama (threshold competencies) merupakan karakteristik esensial minimal (biasanya adalah pengetahuan dan keterampilan) yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi efektif dalam pekerjaannya akan tetapi tidak membedakan kinerja pekerja yang superior dan kinerja pekerja yang biasa saja. Kompetensi kategori kedua adalah kompetensi yang membedakan yaitu faktor-faktor yang membedakan antara pekerja yang memiliki kinerja superior dan biasa-biasa saja (rata-rata).

Kompetensi Inti
Dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini.
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas II adalah sebagai berikut.
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan  rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasasr pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4: kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata pelajaran dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

b. Karakteristik Siswa/Peserta Didik
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. Kata “karakter” tersebut berasal dari bahasa Inggris Character bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan budi pekerti. Sedangkan menurut Ron Kurtus, karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada.

Jika dikaitkan pengertian karakteristik dengan pengertian peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang dimiliki atau dapat juga disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya.
Karakter seseorang peserta didik baik disengaja ataupun tidak, didapatkan dari orang lain yang sering berada di dekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang polos sering sekali akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan pengasuhnya. Seorang psikolog berpendapat bahwa karakteristik berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetik.
Karena karakteristik terbentuk dari proses meniru yaitu melalui proses melihat, mendengar dan mengikuti, maka karakter sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja. Oleh karena seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga karakter buruk tergantung sumber yang ia pelajari atau sumber yang mengajarinya.

Sejak dini siswa perlu diperkenalkan dengan berbagai perilaku positif diantara perilaku yang bisa dipercaya, tanggung jawab, perhatian, tidak suka berprasangka buruk, sering berbuat baik, mampu mengendalikan diri saat marah dan kecewa, bisa bekerja sama dengan temannya, dan sebagainya. Tentunya perilaku tersebut diperkenalkan secara bertahap dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Klasifikasi Karakteristik Peserta Didik
Siswa/perserta didik beraneka ragam latar belakang kehidupannya yang berasal dari keluarga berbeda-beda, sehingga ini membentuk karakteristik siswa. Seperti saat kita menonton film, didalamnya terdapat karakter-karakter tokoh film yang beragam, maka didalam kelas pun terdapat karakter-karakter siswa yang mungkin jauh beragam.
Ragam karakteristik ini ternyata mempengaruh bagaimana hasil implementasi desain pembelajaran. Mungkin sebagian peserta didik sudah tahu apa yang kita sampaikan, namun sebagian lain belum tahu sama sekali. Maka mengenal karakteristik siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Mengenal karekteristik siswa tersebut misalnya dengan mengklasifikasikan karakteristik siswa yang ada dalam kelas berdasarkan:
• Pribadi lingkungan yang terdiri dari umur, jenis kelamin, keadaan ekonomi, orang tua, kemampuan pra sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
• Psikis yang terdiri dari tingkat kecerdasan, perkembangan jiwa anak, modalitas belajar, motivasi, bakat, dan minat.

2. Manfaat Klarifikasi Karakteristik Siswa
Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas perseorangan dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran manfaat yang lain juga dapat dilihat di antaranya:
a. Guru dapat memperoleh kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
b. Guru mengetahui luas dan jenis pengalaman belajar siswa, berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
c. Guru dapat mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menyajikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
d. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan, perkembangan dan aspirasi dan kebutuhan siswa.
e. Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh siswa sebelum.
3. Bentuk-Bentuk Karakteristik Perserta Didik.
Bentuk-bentuk karakteristik peserta didik yang ada di dalam kelas misalnya:
• Pelajar linguistik senang bermain kata-kata ketika ia membaca, menulis dan berbicara.
• Pelajar interpersonal berbagi, membandingkan, bekerja sama, memiliki banyak teman, serta belajar dengan dan dari orang lain.
• Pelajar intrapersonal bekerja sendirian di tempatnya sendiri, menciptakan karya yang unik dan orisinal.
• Pelajar kinestetik senang bergerak, bersentuhan, menari, berolahraga, dan sentuhan.
• Pelajar natural kecerdasan ini cukup spesifik. Orang yang peka terhadap lingkungan bisa dikategorikan memiliki kecerdasan ini.

V. ALTERNATIF DAN SOLUSI PERMASALAHAN

a. Cara mengidentifikasi kompetensi awal dan karakteristik siswa/peserta didik
Sebagai pendesain instruksional ada beberapa data yang harus dijawab seperti dari mana jenjang siswa serta sejauh mana kompetensi, kemampuan atau pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dikuasai siswa sehingga dapat mengikuti pembelajaran tersebut.
Ada 3 sumber yang bisa memberikan informasi pada pendesain instrukstional yaitu :
1. Siswa atau calon peserta didik
2. Orang yang mengetahui kemampuan siswa seperti guru atau atasanya
3. Guru mata pelajaran sebelumnya.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam menganalisis kebutuhan instruktional yaitu kuesioner, interview dan observasi serta tes. Teknik ini dapat digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal peserta didik. Cara yang bisa dilakukan dalam mengidentifikasi perilaku awal siswa
1. Menuliskan daftar kompetensi dasar yang telah berhasil dibuat dalam kegiatan analisis instruktional. Seperti :
a. Dalam bahasa Inggris daftar kompetensi dasar yang telah dibuat yaitu/oleh penulis dalam analisis intruktional yaitu :
1. Mengungkapkan kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet, things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation.
2. Mengungkapkan ungkapan-ungkapan menyapa orang yang belum dikenal dan sudah dikenal.

3. Mengungkapan ungkapan meminta, memberi informasi dan ungkapan meminta, memberi maaf.

4. Mengungkapkan ungkapan meminta, memberi jasa, barang dan pendapat.

5. Memahami makna dalam teks lisan dalam untuk descriptive (deskriptif) dan procedure (rincian).

6. Membaca teks berbentuk descriptive (teks) dan procedure dengan lafal dan intonasi yang baik.
7. Memahami tata bahasa seperti tenses (simple present, present tense, present continuos dan simple past).
8. Membuat kalimat sederhana sesuai dengan tenses. Misalnya: I have three books.
9. Menulis kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation dan verbs dengan benar.

10. Mengungkapkan makna yang terdapat dalam teks yang berbentuk descriptive dan procedure.

b. Setelah dibuat maka buat skala penilaian yang bisa dinilai oleh atasan atau guru mata pelajaran.

Seperti tabel dibawah ini :

Tabel.1
Data dan informasi maka dibuat skala penilaian

No Kompetensi Dasar Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1 2 3 4 5 6 7
1 Mengungkapkan kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation

2 Mengungkapkan ungkapan-ungkapan menyapa orang yang belum dikenal dan sudah dikenal

3 Mengungkapan ungkapan meminta, memberi informasi dan ungkapan meminta, memberi maaf
4 Mengungkapkan ungkapan meminta, memberi jasa, barang dan pendapat

5 Memahami makna dalam teks lisan dalam untuk descriptive dan procedure

6 Membaca teks berbentuk descriptive dan procedure dengan lafal dan intonasi yang baik

7 Memahami tata bahasa seperti tenses ( presesnt tense, present continuos dan simple past)

8 Membuat kalimat sederhana sesuai dengan tenses

9 Menulis kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation dan verbs dengan benar.

10 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam teks yang berbentuk descriptive dan Procedure.

kemudian selain kepada yang terdekat melakukan observasi kepada siswa dengan membuat sebuah daftar perlakuan khusus pada analisis instruktional dengan bentuk penilaian setuju atau tidak setuju, netral atau sangat setuju.
Perlakuan awal ini bisa menggunakan tes seperti dibawah ini : supaya lebih ringkas maka penulis memberikan contoh mengambil Kompetensi dasar mengenai membaca teks berbentuk descriptive dan procedure dengan lafal dan intonasi yang baik. Maka tes awal disesuaikan dengan prilaku khusus seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2.
Tes Awal yang Disesuaikan dengan Perilaku Khusus

No. Kompetensi Dasar Perilaku Khusus Tes Awal
1. Mengungkapkan kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation
Menyebutkan Kosakata
– Numbers
– Alphabet
– Things in the classroom
– Things at school
– Home
– Part of body
– Clotches
– Fruit
– Animals
– Place
– Transportation Sebutkanlah kosa kata dalam bahasa Inggris mengenai numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation
2. Mengungkapkan ungkapan-ungkapan menyapa orang yang belum dikenal dan sudah dikenal
– Mengungkapkan ucapan Greeting kepada orang belum dikenal
– Mengungkapkan ucapan greeting yang sudah dikenal – Apa yang kita sebut jika bertemu orang pertama kali
– Ucapan apa jika bertemu dengan orang yang sudah dikenal
3. Mengungkapan ungkapan meminta, memberi informasi dan ungkapan meminta, memberi maaf – Mengungkapan ungkapan meminta informasi
– Mengungkapkan ungkapan memberi informasi
– Mengungkapkan Ungkapan meminta maaf
– Mengungkapkan Ungkapan memberi maaf Sebutkan ungkapan meminta dan memberi informasi?
Sebutkan ungkapan ungkapan meminta dan memberi maaf?
4. Mengungkapkan ungkapan meminta, memberi jasa, barang dan pendapat
– Mengungkapkan ungkapan meminta dan memberi jasa
– Mengungkapkan Ungkapan dan memberi barang
– Mengungkapkan ungkapan memberi dan meminta pendapat Sebutkan ungkapan meminta dan memberi jasa?
Sebutkan ungkapan meminta dan memberi barang?
Sebutkan ungkapan memberi dan meminta pendapat?
5 Memahami makna dalam teks lisan dalam untuk descriptive dan procedure
– Menceritakan kembali isi dalam teks yang berbentuk descriptive dan procedure
– Ceritakanlah apa isi dalam teks descriptive dan procedure?
6 Membaca teks berbentuk descriptive dan procedure dengan lafal dan intonasi yang baik
1. Membaca Teks berbentuk descriptive dan Procedure
2. Membedakan Teks yang berbentuk descriptive dan procedure
3. Melafalkan dengan intonasi dan lafal yang benar.
4. Menjelaskan bagian-bagian dari teks descriptive dan procedure 1.Bacalah teks descriptive dan procedure
2. Sebutkan beda teks berbentuk descriptive dan teks procedure 3. Jelaskan bagian-bagian dari teks descriptive dan procedure. 4.Bacalah teks dengan intonasi dan lafal yang benar
7 Memahami tata bahasa seperti tenses ( present tense, present continuos dan simple past)
– Menjelaskan Present tense
– Menjelaskan Present continous
– Menjelaskan Simple past – Apa yang diketahui mengenai present tense, present continous dan present simpe
8 Membuat kalimat sederhana sesuai dengan tenses
– Membuat kalimat dengan present tense, present continuous dan simple past Buatlah Kalimat dengan menggunakan present tense, present continous dan simple past.
9 Menulis kosa kata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation dan verbs dengan benar.
Menulis kosakata yang berhubungan dengan numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation dan verbs dengan benar Tuliskan kosakata dalam bahasa inggris mengenai numbers, alphabet , things in the classroom, at school and at home, part of body, clotches, fruits, animal, place, transportation dan verbs dengan benar
10 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam teks yang berbentuk descriptive dan procedure. – Menjelaskan makna yang terdapat dalam teks yang berbentuk descriptive dan procedure Apa maksud teks descriptive dan procedure yang telah anda baca

Tes penilaian awal ini diberikan langsung oleh guru bidang studi yang mengajar siswa tersebut. Selanjutnya melihat hasil penilaian tes, dan ini dilakukan langsung oleh guru bidang studi mata pelajaran bahasa Inggris yaitu memberi tanda contreng (V) pada kolom skala penilaian ( kolom 3 dan 4 ) sesuai dengan hasil tes awal siswa.
Ada 10 Kompetensi dasar yang telah dibuat dalam analisis instruktional maka sebagai contoh penulis mengambil Kompetensi dasar no. 6 yaitu : Membaca teks berbentuk descriptive dan procedure dengan lafal dan intonasi yang baik.

Tabel 3
Hasil Penilaian Tes Awal
No. Perilaku Khusus Dimiliki Belum Dimiliki
1. Bacalah teks descriptive dan procedure

2. Sebutkan perbedaan Teks berbentuk descriptive dan teks procedure
3. Jelaskan bagian-bagian dari teks descriptive dan procedure
4. Bacalah teks dengan intonasi dan lafal yang benar

2 Ketika seseorang desain instruktional menggunakan teknik observasi dan tes maka observasi dapat dicontoh seperti butir 1 dan tidak perlu melakukan butir 1 dan 2 namun pendesain berhadapan langsung dengan siswa yang akan di teliti.
1. Kelompokkan perilaku yang mendapat nilai cukup, sedang, kurang, rendah .
2. Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis intruktional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut :
a. Prilaku yang ada digaris batas adalah prilaku yang dikuasai oleh siswa sampai tingkat cukup baik.
b. Perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai dari tingkat sedang, kurang, dan buruk. Perilaku-perilaku itulah yang akan di ajarkan kepada siswa.
3. Menyusun urutan prilaku yang ada diatas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pembelajaran.

IV. PENUTUP
Dalam mempelajari kompetensi dan karateristik awal siswa perlua adanya perangkat pendekatan berupa informasi-informasi pengetahuan secara praktek kepada siswa. Kami mempelajari pada sistem kompetensi dan karakteristik siswa awal pada siswa kelas 3 dan 5 dengan perlakukan khusus dari:
1. Metode belajar siswa, dilihat dari latar belakang keluarga dengan pendekatan tertulis maupun lisan.
2. Berdasarkan cara belajar siswa secara berkesinambungan
3. Dari data dan informasi yang telah dibuat maka dibuat skala penilaian secara interpersonal siswa (sesuai dengan data pada tabel penilaian diatas).
4. Selanjutnya dilakukannya dilakukannya perlakuan khusus berupa: memisahkan jenjang perlakuan dari: kompetensi dasar, prilaku khusus, lanjut tes awal kepada siswa.
5. Dari tes perlakuan khusus diatas penulis melanjutkan dengan tes awal berupa mengambil satu diantara 10 perlakuan khusus untuk mengetahui lebih detail tes kemampuan siswa secara khusus, sehingga dari segi pembelajaran dan pelajaran guru maupun siswa dapat mengetahui tes kemampuan berupa dimiliki atau tidak dimiliki pencapaian hasil yang diharapkan berupa hasil pembelajaran yang disesuaikan dengan RPP.

V. Simpulan

(Spencer & Spencer, 1993:9): Karakteristik yang mendasari (underlying characteristic) berarti kompetensi merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang telah tertanam dan berlangsung lama, dapat memprediksi perilaku terkait (causally related) dalam berbagai tugas dan situasi kerja.

Apabila dikaitkan dengan kompetensi dan pengertian karakteristik terhadap pengertian peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang dimiliki dengan kemampuan yang dibawanya semenjak lahir. Sehingga ini saling keterkaitan atau dapat juga disimpulkan bahwa kompetensi dan karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya.

VI. Rekomendasi
[1] Sudarwan danim, Perkembangan Peserta Didik, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.1.
[2] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: Rineka Cipta,2008),hlm.10.
[3] Wina Sanjaya, Perkembangan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 252-253
[4] Sudarwan danim, Perkembangan Peserta…,hlm.4.
[5] Moh Zaen Fuadi, “Identifikasi Perilaku Dan Karakteristik Awal Siswa”, diakses dari http://moh-zaen-fuadi.blogspot.com/2011/11/identifikasi-prilaku-dan-karakter-awal.html, pada tanggal 4 Oktober 2013, pukul 19:30 WIB
[6] George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terjemah oleh Abdul Qadir Shaleh, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 130
[7] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009), hal. 132
[8] http://kurikulum2013-kelas2.blogspot.com/2014/05/kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasar.html#sthash.vdk2UHHn.dpuf
[9] http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-kompetensi.html
Ibrrohim, D. 2011. Melakukan Analisis Pembelajaran.
[10] http://dudungabdu.wordpress.com/2011/12/09/2-melakukan-analisis- pembelajaran/
[11] Moeviccloes. 2010. Identifikasi Prilaku dan Karakteristik Awal Peserta Pelatihan.
[12] http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-karakteristik.html. Diunduh 2 Maret 2012.
[13] Suparman, A. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syahidah, I. 2012. Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku \
7] Karakteristik Siswa. http://syahidahidah81.blogspot.com/2012/01/analisis-pembelajaran-dan-identifikasi.html.